Teknologi itu juga diposisikan untuk memantau wilayah, khususnya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Diketahui, Jakarta sebagai ibu kota menjadi wilayah yang berlangganan banjir, setiap kali musim hujan melanda.
"Setiap musim hujan, Jakarta disibukkan banjir, di Jakarta terdapat 13 aliran sungai, sedangkan belum hujan, air sudah muntah, apalagi hujan," ujar Kepala BPPT, Unggul Priyanto, di Gedung BBTMC, Serpong, Tangerang Selatan.
Untuk itu, Unggul mengatakan, BBTMC dan Badan Meteologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama melakukan teknologi Intensive Observatorium Period (IOP), dengan berbagai macam alat untuk mendeteksi atmosfer secara detail.
Pelaksana Tugas Harian (Plt) BBTMC, Jon Arifin menjelaskan empat tujuan utama IOP. Pertama, untuk memahami kondisi atmosfer secara detail, pada rentang waktu terjadinya curah hujan tinggi, yang menyebabkan banjir di Jakarta. Kedua, berguna untuk uji coba sistem deteksi dini banjir di Jakarta.
Ketika sudah diketahui, kapan waktu curah hujan tinggi akan terjadi, maka otomatis peringatan dini bisa dilakukan, dan tindakan selanjutnya bisa cepat diambil.
Selain itu, IOP juga bertujuan untuk mendeteksi atau memonitoring banjir di Jakarta, dengan berpatokan pada gerakan atmosfer. Unggul mengatakan, dengan pemantauan IOP, wilayah yang kemungkinan akan dihampiri banjir besar pun akan diketahui.
Terakhir, ke depan IOP juga bakal memakai teknologi Ground Particle Generator (GPG), teknologi uji coba pengurangan curah hujan.
"Kami merancang kegiatan kerekayasaan dalam rangka mengurangi potensi banjir dari segi aspek atmosfer, cuaca dan analisis," ujar Jon.
Alat teknologi IOP
Adapun alat yang digunakan dalam proses IOP yaitu mobile radar, radiosonde, radiometer, microrain radar dan Weather Station.
Semua alat tersebut dipasang di stasiun dermaga, Serpong dan BMKG. Notifikasi peringatan dini nantinya bisa secepatnya tersebar pada instansi pemerintahan dan komunitas wilayah yang rentan terkena banjir.
0 komentar:
Posting Komentar